SENJA, AKU MENUJUMU

SENJA, AKU MENUJUMU

kusimpan rinduku di wajah senja
saat biru langit berpendar menguning
memerah dan berkata,"Aku berani menghadapi petang."

tak lupa kuselipkan senyumku di sana,tuk kembali kuambil saat kubuka lembaranlembaran rinduku, sehingga terhapuskan air mata.

lalu,
sambutlah pulangku, di senja itu, saat peluhku penuhi tubuh, saat 'ku telah lelah berkayuh.

1St, kw, 25 al Muharram 1436H, Suro. Di bawah terik,,,

USAHA

USAHA

cerah pagi, sinarnya menghangatkan harap yang mulai dingin dimakan malam. dapatkah ia mendidih?

menyusur hari, pagi, mulai dikayuh sepeda. inilah hariku, biarlah keringatku habis dimakan mentari. sampaikah nanti di sore hari? walau malam pasti kan didapati.

terbaring...
inilah penghujung kayuhku. tubuhku tak bisa lagi keluarkan peluh.

remuk tulangku, hancur tubuhku, berceceran darahku.

terkembangkan senyum.

tak perlu ada kata "Andai . . ."
inilah yang seharusnya.

1St, KW. Di kehangatan sapaan pagi, Al-Muharram 1436H. Suro.

KENANG

KENANG

senja membiru
terbentur kamboja
merasuk memar
dalam dekap

siang itu, kau begitu ceria, terdengar nyanyiannyanyian dari bibirmu yang menggoda, walau kadang nyanyianmu serupa bisik halus tak tergetarkan udara. "Ya. Aku dapat mendengar semua."

pagi itu, kau jumput lelahku dengan senyum lembutmu, saat terbentuk garis putih di sisi timur rumahku yang sederhana, dengan deretderet bata tanpa cat warna.

membanjir sore
rusak taman bunga

aku manusia, walau kau melarangku . . .

kututup sore, dengan lafallafal harap
kau berada pada 99 dari seratus kenikmatan yang ada

lalu, dalam bisikku "Semua lapangku, untukmu." itu harapmu di terakhir kali kudengar kilas wajahmu.

1St,KW, Di bawah naungan Langit. 15 Suro. Al-Muharram 1436H.

CINTA

CINTA

di padang gersang
ranum hati hijau terbentang

terkurung dalam bara
redam dalam guyuran

tertahan dalam kelelahan
semangat dalam harapan

putus asa dalam hidup
mati ketidakpastian

1St, Kw, Tanpa tanggal dalam catatan usang

KHAYAL

KHAYAL
garis imagi
membentang ilusi
meracun mimpi
keruh bersayap utuh
terbangkan ingin
dari bening
mati
1st, KW 10 Hari awal bulan Dzulhijjah, 2014 M

DARAH, INGAT

DARAH, INGAT
darah inilah yang sering menghadirkan karya
mungkin karena bau anyirnya yang menusuk
sehingga kau semaput
atau kau menjauh
"Aku takut, aku takut,"
kau juga yang menjerit sakit ketika tergores arit
lalu keluarlah jeritan sengit
" * * * "
sebenarnya lukanya dalam, bahkan telah remuk tubuhmu, Cuma masih ganteng rupamu sehingga kau berkata
"Ganteng sekali diriku,"
kadang memang adahan memekar
saat getir-getir kehidupan yang terasa
atau hanya nasi basi yang tersedia
"Yaa, Pemilik Semesta, Yaa, Pemilik Semesta,"
lalu
saat bunga-bunga taman bermekaran
indah dan wanginya membiusmu dan berkata
"Inilah hasil usahaku, aku adalah raja."
1st, Kota Santri, 1/2+1 9 2014

SAAT RINDU MENTARI DI KETIKA MALAM TELAH MELIPAT SIANG, SEDANG PERINDU LUPA SIANG KAN DATANG

SAAT RINDU MENTARI DI KETIKA MALAM TELAH MELIPAT SIANG, SEDANG PERINDU LUPA SIANG KAN DATANG
Kutuang rasa ini dalam cawan-cawan waktu
setelah membancir dari ruang-ruang qalbu
merusak fungsi-fungsi tubuh
hancur dalam utuh
kemudian membayang kenang
nyata dalam awang
ia datang dalam nyata
meneriakiku
"APA YANG KAU LAKUKAN"
diam
"KAU BUANG TUBUHMU DALAM KESIA-SIAAN"
"INILAH AKU, NYATA YANG ADA DIHADAPANMU"
enggan,
kututup indra-indaraku
untuk dia yang sekarang sedang berteriak dalam nyata
kembali kubuka ruang-ruang bayang
inilah tempatku yang nyaman
"HANCURLAH DIRIMU KALAU KAU TERUS BEGITU"
2014, 1st, KW 20-2 10-1